Rabu, 21 Oktober 2015

CONTOH CERPEN



KEBANGKITAN SETELAH PENYESALAN

Sebelah mataku yang mampu melihat
Bercak adalah sebuah warna-warna mempesona
Membaur suara dibawanya kegetiran
Begitu asing terdengar
Sebelah mataku yang mampu mempelajari
Gelombang kan mengisi seluruh ruang hidupku
Terbentuk dari sel akut dan diabetes adalah sebuah proses alami
Tapi sebelah mataku yang lain menyadari gelap adalah teman setia dari waktu-waktu yang hilang.
Sepanjang malam kuputar lagu itu berulang-ulang
Ada suatu makna tersendiri bagiku, entah maknanya apa? Yang jelas lagu itu memberi sedikit ketenangan dalam kegalauan jiwa ini. Butir embun pagi membasahi jendela kamarku, tampaknya embun pun kini sudah sangat terkontaminasi, butiran beninggnya seperti tertutup belenggu hitam kehidupan ini. Sambil melepas kejenuhan di kamar terkadang aku tertawa sendiri teringat masa-masa itu. Aku dan Eko tak jarang disebut pasangan remaja yang berpacaran, tapi bagi mereka yang berfikir positif dan berakal sehat menyebut kami sahabat yang sesungguhnya. Aku dan Eko memang menjalin hubungan, tapi kami tak berkomitmen untuk berpacarn karena baik aku maupun Eko tidak mau sakit hati dalam sandiwara percintaan yang di beri judul “PACARAN” kami hanya saling mengisi hati dalam menjalani hari-hari satu sama lain.
Menurut kabar dari Teman Eko, dia sekarang lagi deket sama Lutfi teman satu sekolahnya yang katanya juga masih ada hubungan saudara juga. Eko pun pernah bercerita bahwa perempuan itu sangat baik dan peduli padanya dan hati Eko mulai bisa merasa nyaman bersama perempuan lain selain aku. Aku tak bisa mencegah itu, aku hanya ingin Eko bahagia. Tapi hati kecilku tak bisa memendam air mataku untuk keluar. Dalam penatnya kejenuhan, kuarungi mimpi untuk menghapus impian bisa bersama Eko selamanya.
            Aku duduk di kamar dengan menanti segala macam kata-kata tawanan yang biasa aku lakukan dengan Eko setiap malam. Tapi malam ini beda, malam ini aku hanya bisa diam saja tanpa ada satu katapun darinya. Sekian detik aku termenung, suara handphone ku bergetar, harapan ku itu adalah pesan dari Eko, dan ternyata benar....
“maaf” kata eko mengawali percakapan ini
“untuk apa?” jawabku
“untuk semua kebaikan yang telah kamu beri dan ajarkan padaku tetapi aku tidak bisa membalas semua itu, dan untuk waktumu yang telah terbuang sia-sia karena mau menemaniku kemana saja dan kapan saja.” Jawab eko
“sudahlah, mungkin memang begini rangkaian kehidupan ciptaan sang Illahi.” Jawabku sok bijaksana.
“tapi kamu pasti sakit hati?.” Tanya Eko
“biarkan sakit hati ini menjadi warna bahagiamu.” Jawabku dengan segala rasa edih yang ada.
“ya sudah aku harus pergi dulu, Lutfi sudah menungguku.” Kata eko
“oohh iya, ya sudah pergilah! Kasihan dia sudah menunggumu!.” Jawabku
Pernyataan Eko mengakhiri percakapan itu, tetapi mengawali kehancuran jiwaku. Manis dan getir bercampur menjadi satu. Dahan pohon yang bergoyang, hembus angin yang kencang seolah menyanyikan lagu tentang kisah cinta. Aku tak mau lama-lama berlarut dalam kesedihan itu. Aku bukan Juliet dan Eko bukan Romeo. Aku harus bisa menjalani hari seperti biasa. Tiba-tiba ada pesan singkat dari Eko.
“dalam keadaan putus asa, jangan mengulang kembali masa lalu yang sudah kamu simpan rapi itu”
            Aku hanya terdiam, kulihat pemandangan alam sekitar, ku mencoba mengumpulkan kembali semangat yang selama ini punah. Waktu istirahat yang cukup singkat ini ku gunakan sebaik mungkin. Dan ak mulai menemukan kembali mozaik-mozaik kehidupan baru yang siap kususun. Aku tersadar, perasaan sakitnya hati karena cinta terhadap tambatan hati belum seberapa bila dibandingkan dengan perasaan sakit hatinya para pengemis dan gelandangan ini yang selalu dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Tapi mereka hanya bisa berusaha, selebihnya diserahkan kepada sang penggenggam jiwa.
            Senja mulai datang sambut sang bulan. Suasana malam si gerbong kereta yang kotor bau segala macam aroma ini sungguh tak bisa dilukiskan. Tetapi yang pasti dari keadaan ini muncul buih-buih semangat menjalani hari-hari. Kututup lembaran kelam ini. Aku yakin Lutfi bisa membuat Eko bahagia. Lalu aku? Aku tetaplah aku yang masih seperti dulu, hanya saja dengan semangat baru menatap dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar